Pengolahan Biologis
Pengolahan biologis menggunakan mikroorganisme untuk mengurai bahan organik yang ada dalam limbah cair. Teknik ini sangat efektif untuk mengolah limbah yang mengandung bahan organik, seperti limbah dari industri makanan, tekstil, atau peternakan.
Mikroorganisme seperti bakteri akan mengurai bahan organik dalam limbah menjadi senyawa yang lebih sederhana dan tidak berbahaya. Ada dua jenis pengolahan biologis yang umum digunakan:
Proses Pengolahan Limbah Cair Industri
Limbah cair industri merupakan salah satu jenis limbah yang paling sering dihasilkan oleh aktivitas industri. Limbah cair ini sering mengandung zat-zat berbahaya, seperti bahan kimia, logam berat, dan mikroorganisme patogen yang dapat mencemari sumber air jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, pengolahan limbah cair menjadi hal yang sangat penting dalam industri.
Proses pengolahan limbah cair industri umumnya melibatkan beberapa tahapan yang saling terkait. Berikut adalah tahapan umum dalam pengolahan limbah cair industri:
Tahap pertama dalam pengolahan limbah cair adalah pra-pengolahan. Pada tahap ini, limbah cair yang masuk akan disaring untuk menghilangkan partikel besar, seperti sampah atau kotoran padat yang ada dalam cairan. Proses ini bertujuan untuk mempermudah proses pengolahan berikutnya dan mencegah kerusakan pada peralatan yang digunakan.
Pengolahan pada tahap ini dapat dilakukan dengan teknik seperti pemisahan mekanis, seperti saringan, atau menggunakan alat seperti pompa untuk mengalirkan limbah cair melalui berbagai filter.
Tahap pengolahan fisik melibatkan proses pemisahan berdasarkan sifat fisik dari zat-zat dalam limbah cair. Beberapa teknik yang digunakan dalam pengolahan fisik antara lain:
Pada tahap pengolahan kimia, bahan kimia ditambahkan ke dalam limbah cair untuk mengubah sifat zat berbahaya menjadi senyawa yang lebih aman. Beberapa metode pengolahan kimia yang umum digunakan antara lain:
Teknologi Pengolahan Limbah
Industri memiliki beberapa teknologi pengolahan limbah cair, dan di antaranya adalah sebagai berikut:
Teknologi Biofilter
Biofilter menggunakan mikroorganisme untuk mengurai zat berbahaya dalam limbah cair. Teknologi ini ramah lingkungan karena tidak melibatkan bahan kimia sintetis dan menggunakan proses alami untuk mengatasi polusi. Biofilter banyak digunakan dalam pengolahan limbah organik, seperti limbah dari industri makanan.
Pengolahan Lanjutan (Tertiary Treatment)
Tahap terakhir adalah pengolahan lanjutan yang bertujuan untuk menghilangkan kontaminan yang masih tersisa setelah pengolahan fisik, kimia, dan biologis. Pengolahan lanjutan biasanya dilakukan untuk mengurangi kadar senyawa tertentu, seperti nitrogen dan fosfor, yang dapat mencemari lingkungan.
Beberapa teknik yang digunakan pada tahap ini termasuk filtrasi halus, pengolahan dengan UV (untuk membunuh patogen), dan adsorpsi dengan karbon aktif.
Plasma Arc Waste Disposal
Teknologi plasma arc menghasilkan suhu tinggi untuk mengubah limbah menjadi gas atau bahan padat yang tidak berbahaya. Proses ini menghasilkan sedikit residu dan dapat mengolah berbagai jenis limbah, termasuk limbah medis dan berbahaya.
Pengolahan Limbah dengan WWTP (Wastewater Treatment Plant)
WWTP atau Wastewater Treatment Plant adalah sistem pengolahan limbah cair yang dirancang untuk mengurangi kandungan polutan dalam air limbah industri atau domestik. Proses pengolahan limbah cair industri di WWTP biasanya melibatkan beberapa tahap, seperti pra-pengolahan, pengolahan fisik, kimia, dan biologis, yang bertujuan untuk menghilangkan bahan organik, padatan, dan bahan kimia berbahaya yang terdapat dalam air limbah.
Beberapa manfaat dari sistem WWTP yang diterapkan oleh Grinviro antara lain:
Dengan mengimplementasikan WWTP, Grinviro membantu perusahaan-perusahaan untuk memenuhi standar lingkungan yang ketat dan beroperasi secara lebih ramah lingkungan.
Daur Ulang dan Pemanfaatan Kembali
Limbah yang telah diproses dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku industri atau produk lainnya, mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam.
Pengolahan Limbah Menggunakan Alga
Beberapa penelitian terkini mengembangkan pengolahan limbah dengan menggunakan alga untuk menyerap polutan, seperti nitrogen dan fosfor, dari limbah cair. Selain membersihkan air, alga juga dapat menghasilkan produk sampingan yang berguna, seperti biofuel.
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 841.92] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ�[ë�Û¸ÿ ÿƒ>Ú‡µV$E=ŠÃyõn{¹KÚ.ÐÉ}Ю��Î^Ûµä¢é_ß™á[eß!ÀÆ–†ÃáÌð7Ò·¯N}û¥yì“ï¿¿}Õ÷Íã×Í:ùt{8þv{ÿí¸¹ýØ<µû¦oû~H^¿}“¼¾ùâö¯,a2‹äþËË,Éà<©dšIYgiQ%÷Ï/_dÉþùñå‹O‹�Ë_löO‡åJ,vÍ×f�’÷K¹hŸ–+ÆÍ×dù[rÿ·—/ÞÁ$8‘a-¸HKæ³þ´x£|DÛÄhó,•Ú6J›§µiO1ZÉÒ¢i£k“2e¾wûõrU,ÎK±èúåJ.NmlxÎÄH,Ÿöß`�4Ë—É*Kg"Od-Ó/Wùü1_¤iìODû’•iY|YŒ|8ç韶SâÌRÔµÕ{^Öu5Tý@Ù¢Ž):¹ýˆ*þåÍÝÛ$6¼Hw{V³¤”eʦünÄ�üò€ \¦e®Y~|‡0ñë�ø÷â= _¼Z2 \q9¼ÇÝ’,WåâýÝ/¯�$WϲÏ߸‡wøý±í”Õi!Bf—ŇËâSþ]ÔEZ_ÅOLx¯aR ØšÄ,�Oî+b¾YV°„Á(ƒmRoÀ§Åý»ŸýðþÃ�ˆÞwÑ�Ç]$¼‡Àx,ãUh¼ mÀÑ0¬TEs$ÚnúÙO`³šl¦ÜQ€ˆMÈ!?˜VÉùŒ’‹:W1‘óÄðx—�R6èËýž–ÅÂÄCðíƾ€å3É»v NûŒNü€� ÿê½€ïÄíÔŸ?ŠÁŸÃÙ|ïÏF¶ø8gŠåƼ#ýi‰!˜¤Ùbp–MLÏÚÓR¦k%ÎÛº§¡„J�XȪÉ\¾fV1Z@Mˆ¤-.›¦÷frKî70»s·¬Gµ>MÑ�>yÔý�Ár涾[ê~IHÂK;CcøŸƒÞ€£kÂç¥XíqjÚmƒŽ`¤æ…Õ-ªÍHNrz‚ ��´�j1D@ÃÛühcæ:5kåð�Þïp ½¾¡Y…óú@ÚQ¼ŸíHpXд¨Û^m
Kegiatan industri dalam menghasilkan suatu barang dan atau jasa memberikan berbagai dampak positif dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Namun dari setiap kegiatan produksi yang dilakukan oleh industri tentu menghasilkan dampak negatif juga yakni limbah sebagai hasil sampingan dari kegiatan industri tersebut. Limbah yang disebut juga polutan adalah bagian yang tidak terlepaskan dari suatu industri, baik industri besar maupun industri kecil. Efek dari limbah yang dihasilkan itu tentu bisa mengganggu keseimbangan lingkungan. Salah satu limbah yang dihasilkan suatu industri dapat berupa limbah cair. Limbah cair merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair atau polutan yang dihasilkan oleh suatu industri harus diolah dengan baik agar tidak melewati batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pengolahan limbah cair adalah menjaga air yang keluar tetap bersih dengan menghilangkan polutan yang ada dalam air limbah tersebut, atau dengan menguraikan polutan yang ada didalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari polutan tersebut. Sebelum melakukan perencanaan dan pelaksanaan pengolahan limbah cair, industri harus memahami manajemen pengelolaan limbah seperti menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah, kebijakan untuk minimasi limbah sebelum menghasilkan dan mengolah limbah, menetapkan personil yang bertanggung jawab terhadap penerapan prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah serta melakukan evaluasi penerapan prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan limbah meliputi
Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat dilakukan di industri yaitu:
Sebelum membuang limbah cair ke badan air, sebaiknya industri harus memastikan bahwa limbah cair yang dibuang telah aman bagi lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengambilan sampel limbah cair yang dilakukan di titik outlet pengolahan limbah cair yaitu titik setelah pengolahan limbah cair selesai dilakukan namun sebelum dibuang ke badan air. Pengujian sampel tersebut bisa dilakukan di laboratorium internal maupun laboratorium eksternal yang telah terakreditasi. Hasil pengujian yang dikeluarkan sebaiknya dibandingkan dengan baku mutu sesuai peraturan perundangan lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh pemerintah dan yang masih berlaku. Baku mutu dapat didefinisikan sebagai ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam limbah cair yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan.
Adapun peraturan yang mengatur baku mutu air limbah yang berlaku saat ini secara nasional adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah. Peraturan ini mengatur baku mutu air limbah untuk industri pelapisan logam, industri galvanis, industri minyak goreng, industri monosodium glutamate, industri inosin monofosfat, industri pengolahan kopi, industri elektronika, industri pengolahan susu, industri pengolahan buah-buiahan dan/atau sayuran, industri pengolahan hasil perikanan, industri hasil pengolahan rumput laut, industri pengolahan kelapa, industri pengolahan daging, industri pengolahan kedelai, industri pengolahan obat tradisional atau jamu, industri peternakan sapi dan babi, industri petrokimia hulu, industri gula, industri gula rafinasi, industri cerutu, proses primer basah dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses primer kering dalam industri rokok dan/atau cerutu, proses sekunder dalam industri rokok dan/atau cerutu , dan industri oleokimia dasar. Baku mutu limbah cair bagi industri diatas ditetapkan berdasarkan kemampuan teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan atau berdasarkan daya tampung lingkungan di wilayah industri tersebut untuk memperoleh konsentrasi atau beban pencemaran yang paling tinggi. Baku mutu untuk tiap industri tentu berbeda untuk setiap parameter dan persyaratannya. Sebagaimana bisa dilihat di Tabel 1 untuk baku mutu industri pelapisan logam dan galvanis, pada Tabel 2 untuk baku mutu industri Penyamakan Kulit, dan Tabel 3 untuk baku mutu minyak sawit dibawah ini.
TABEL 1. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PELAPISAN LOGAM DAN GALVANIS
TABEL 2. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
TABEL 3. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI MINYAK SAWIT
Namun demikian, ada beberapa permasalahan dalam mengolah air limbah di industri yang harus diperhatikan, yaitu:
Secara ekonomis, industri akan lebih mudah untuk melakukan pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpisah daripada yang telah tercampur dengan sumber air limbah lain. Industri diharapkan sedapat mungkin memisahkan limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi dari limbah cair domestik ataupun dari air hujan. Dengan demikian pelaksanaan pengolahan air limbah industri dapat dilakukan dengan optimal, air limbah yang telah diolah dapat dialirkan ke badan air dan tidak memberi dampak buruk pada lingkungan sekitar.
Affam, A. C., & Chaudhuri, M. (2013). Degradation of pesticides chlorpyrifos, cypermethrin and chlorothalonil in aqueous solution by TiO2 photocatalysis. J Environ Manage, 130(0), 160-165, doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.jenvman.2013.08.058.
Andreozzi, R., Caprio, V., Insola, A., & Marotta, R. (1999). Advanced oxidation processes (AOP) for water purification and recovery. Catalysis Today, 53(1), 51-59, doi:http://dx.doi.org/10.1016/S0920-5861(99)00102-9.
Beulah, S. S., & Muthukumaran, K. (2020). Methodologies of Removal of Dyes from Wastewater: A Review. International Research Journal of Pure and Applied Chemistry, 68-78.
Cheremisinoff, N. P. (2001). Handbook of water and wastewater treatment technologies: Butterworth-Heinemann.
Clark, R. M., Hakim, S., & Ostfeld, A. (2011). Handbook of water and wastewater systems protection (Vol. 2): Springer.
Kristijarti, A. P., Suharto, I., & Marieanna, M. (2013). Penentuan Jenis Koagulan dan Dosis Optimum untuk Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X. Research Report-Engineering Science, 2.
Ladhe, A. R., & Krishna Kumar, N. S. (2010). Application of Membrane Technology in Vegetable Oil Processing. 63-78, doi:10.1016/b978-1-85617-632-3.00005-7.
Martini, S., Afroze, S., & Roni, K. A. (2020). Modified eucalyptus bark as a sorbent for simultaneous removal of COD, oil, and Cr (III) from industrial wastewater. Alexandria Engineering Journal.
Martini, S., Ang, H. M., & Znad, H. (2017). Integrated ultrafiltration membrane unit for efficient petroleum refinery effluent treatment. Clean Soil Air Water, 45(2), 1-9, doi:10.1002/Clen.201600342.
Martini, S., Znad, H. T., & Ang, H. M. (2014). Photo-assisted fenton process for the treatment of canola oil effluent. Chemeca 2014: Processing excellence; Powering our future, 1519.
Spellman, F. R. (2013). Handbook of water and wastewater treatment plant operations: CRC press.
Sridhar, S., Kale, A., & Khan, A. A. (2002). Reverse osmosis of edible vegetable oil industry effluent. Journal of Membrane Science, 205(1–2), 83-90, doi:http://dx.doi.org/10.1016/S0376-7388(02)00065-0.
Wahi, R., Chuah, L. A., Choong, T. S. Y., Ngaini, Z., & Nourouzi, M. M. (2013). Oil removal from aqueous state by natural fibrous sorbent: an overview. Separation and Purification Technology, 113, 51-63.
Teknologi pengolahan limbah telah menjadi topik yang semakin penting di era modern ini. Seiring dengan pertumbuhan populasi dan perkembangan industri, limbah hasil industri semakin meningkat dan dapat menjadi ancaman serius terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
Namun, dengan adanya inovasi, solusi yang efektif dapat kita temukan. Pada artikel ini, kita akan mempelajari pengolahan limbah cair industri yang dapat memberikan kontribusi positif dalam mengatasi masalah limbah yang semakin parah.